Senin, 23 Februari 2009

TPN/OPM Bakar Merah Putih

Juga Sempat Tembaki Pos Pol Tingginambut, Puncak Jaya


Menjelang pemilu yang semakin dekat, kelompok separatis bersenjata (TPN/OPM) cenderung meningkatkan aktifitasnya, terutama di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Jika Januari lalu, melakukan aksi perampasan 4 pucuk senjata milik anggota Pos Polisi Tingginambut, serta melukai seorang istri anggota Pos Polisi, maka kali ini dilaporkan TPN/OPM malah merobek dan membakar bendera merah putih. Peristiwa ini, terjadi di atas gunung, berjarak sekitar 500 m dari Pos Polisi dan Kantor Distrik Tingginambut, Sabtu 21/2) pukul 14.00 WIT.
Tak hanya itu, TPN/OPM yang diperkirakan dari kelompok Goliat Tabuni ini, juga melakukan penembakan terhadap pos pol Tingginambut dari jarak jauh dan mengenai atap seng pos pol tersebut, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Tentang insiden ini, dibenarkan Kapolda Papua, Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto saat dihubungi Cenderawasih Pos via telepon selulernya, Sabtu malam.
"Ya, mereka mengambil bendera dan membakarnya. Mereka juga sempat menembaki pos pol namun hanya mengenai atap sengnya saja," katanya.
Kapolda mengatakan, tindakan anggota TPN/OPM ini sudah kategori sangat membahayakan masyarakat setempat dan anggotanya, sehingga pihaknya akan melakukan tindakan tegas. Diakui bahwa masyarakat melaporkan kalau mereka juga diintimidasi TPN/OPM tersebut, bahkan TPN/OPM juga dilaporkan melakukan pencurian terhadap bahan makanan milik penduduk setempat.
Bahkan TPN/OPM tersebut berdasarkan laporan masyarakat juga melakukan pemerkosaan terhadap penduduk setempat.
Sementara itu, adanya informasi bahwa anak buah Goliat Tabuni sering membuat resah masyarakat, Ketua Sinode GIDI (Gereja Injili di Indonesia) Papua, Pdt Lipiyus Biniluk STh mengakui belum mengetahui secara persis.
Hanya saja, ia mengakui bahwa anak buah Goliat Tabuni sering turun ke jalan utama yang menghubungkan Mulia, Puncak Jaya dengan Wamena, Jayawijaya.
"Mereka sering turun di jalan besar, tepatnya daerah Tinggineri, Distrik Tingginambut, namun laporan yang saya terima belum berulah menghadangi sopir-sopir yang lewat dan belum mengganggu dan masih aman terkendali,"' ujarnya
ketika dihubungi Cenderawasih Pos secara terpisah.
Meski demikian, Pdt Lipiyus meminta agar Goliat Tabuni dan anak buahnya tidak mengganggu masyarakat yang sedang menunggu pesta demokrasi, pemilu 2009.
Ketua Sinode mengungkapkan pihaknya saat ini sedang berupaya mengirimkan beberapa pemuda ke tempat-tempat seperti itu untuk menyampaikan pelayanan pembinaan kerohanian, bahkan para pemuda itu telah masuk ke daerah tersebut dan saat ini telah berjalan dengan baik sebagai upaya dari pihak gereja untuk melakukan pembinaan kerohanian.
Terkait 4 senjata yang dirampas anak buah Goliat Tabuni dimana Polda Papua berupaya melakukan secara persuasive dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat agar dikembalikan, Ketua Sinode mengakui bahwa pihak gereja sudah berupaya melakukan hal tersebut, namun hingga sekarang belum berhasil, meski begitu pihaknya belum menyerah.
Ia juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan bersama menjelang pelaksanaan pemilihan umum yang akan digelar April 2009 mendatang.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP. B Chris Rihualy saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (22/2) membenarkan aksi sekelompok TPN/OPM tersebut.
Ia menceritakan, saat itu 3 orang anggota Pos Polisi Tingginambut, Briptu Otto Binur, Bripda Rudolf Rumbiak dan Bripda Wiliam Faidiban tepat pukul 10.30 Wit berangkat ke gunung Yonggum menancapkan bendera merah putih.
Usai menancapkan bendera merah putih, ketiganya kembali ke pos, namun di perjalanan sempat direntet tembakan 6 kali. Bahkan berselang 1 jam setelah mereka tiba di pos, anggota pos polisi melihat sekelompok TPN/OPM (berkisar 6 orang) menurunkan, mencabut, merobek sekaligus membakar merah putih.
Tak hanya itu, jelas Kapolres, kelompok TPN/OPM juga mengeluarkan tembakan sebanyak 2 kali ke arah pos polisi yang kemudian langsung dibalas tembakan 2 kali oleh anggota pos polisi ke arah kelompok tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam aksi baku tembak tersebut.
Saat kejadian, tambah Kapolres, saksi mata yang melihat aksi kelompok tersebut adalah Kapolpos Tingginambut bersama 7 anggotanya yang siap di Mako Pos Polisi.
Kapolres mengungkapkan, langkah yang dilakukan oleh pihaknya adalah memerintahkan Wakapolres, Kasat intel, Kasat lantas, Kanit P3D, anggota reskrim dan anggota Brimob langsung terjun ke lapangan guna melihat situasi di lapangan. Kemudian pihaknya hanya menunggu perintah dari atasan guna tindaklanjutnya dan selalu meningkatkan kewaspadaan di lapangan yang dibantu dari satuan Brimob Polda Papua BKO Polres Puncak Jaya.
Rupanya kelompok tersebut juga membakar bendera merah putih yang ditancapkan Pos TNI Satgas Rajawali Yonif 754/ENK, berjarak sekitar 400 m, Minggu (22/2) pukul 10.40 Wit.
Pabung Puncak Jaya, Kapten Inf. Junaid saat dikonfirmasih melalui ponselnya mengatakan, menurut informasi yang diterimanya, ada 10 orang kelompok TPN/OPM pimpinan Goliat Tabuni dengan menggunakan senjata melintas melalui Kampung Monia menuju Kampung Puruge dan tiba di ketinggian 400 m dari pos TNI dan membakar bendera merah putih.
Setelah membakar bendera, kelompok tersebut langsung melarikan diri ke arah Kampung Monia, Distrik Tingginambut. Peristiwa tersebut langsung dilihat Danpos 754/ENK, Letda Inf. Dedi. "Peristiwa pembakaran bendera merah putih yang dilakukan oleh kelompok TPN/OPM dilakukan 2 kali dalam 2 hari juga yaitu Sabtu (21/2 dan Minggu 22/2),"jelasnya..
Sekedar diketahui, Pabung menambahkan, telah terjadi pemerkosaan oleh salah satu kelompok TPN/OPM terhadap seorang wanita asal Kampung Nalime yang melintas kemudian korban melaporkan kepada suaminya (AM). Mendengar istrinya diperkosa kelompok TPN/OPM, AM pergi menuju Kampung Berime, Distrik Tingginambut guna mencari pelaku dengan bersenjata parang.
Sebelum tiba di Kampung Berime (sekitar 200 m) AM dihadang 15 orang bersenjata dan menodongkan senjata ke arah AM, serta menanyakan apa keperluaannya, namun AM langsung mengayunkan parangnya dan mengenai tangan salah satu kelompok TPN/OPM itu.
Akibatnya, tali sandang senjata putus dan senjata tersebut terlepas kemudian langsung dibawa lari oleh AM ke arah Kampung Gurage untuk diserahkan kepada Pos TNI 754/ENK Gurage.
Namun naas bagi AM, di tengah perjalanan ia kembali dihadang dan dianiaya tepatnya di jembatan besi (sekitar 1 km dari pos TNI 754/ENK Gurage). Melihat kejadian itu, masyarakat langsung membantu, namun pelaku melarikan diri.
Selanjutnya korban dilarikan ke pos TNI 754/ENK Gurage guna mendapatkan perawatan medis. Pabung menambahkan, direncanakan hari ini (23/2) akan dilakukan penyerahan hadiah kepada AM dari Pangdam XVII Cenderawasih melalui Dandim 1705/PN yang akan diserahkan oleh Pabung Puncak Jaya.
Enembe///
Sementara itu, Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Lukas Enembe, S.IP saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos lewat telepon selulernya, Minggu (22/2) sangat menyangkan kejadian tersebut.
Dikatakan, peristiwa ini merupakan tindakan kriminal dan telah mengganggu kedaulatan negara RI, dalam arti bendara yang sah yaitu bendera merah putih mengapa ada orang yang merobek-robek dan membakarnya.
"Peristiwa ini sangat memalukan karena dilakukan tidak jauh dari pos-pos keamanan, baik TNI maupun Polri yang bertugas di Tingginambut, oleh karena itu, tindakan ini merupakan kriminal besar yang dilakukan orang yang tidak bertanggungjawab,"ungkapnya.
Menurutnya, tindakan selanjutnya yang harus dilakukan oleh pihak keamanan khususnya polisi adalah persuasive, sehingga tidak mengganggu proses pesta demokrasi (pemilu) yang tinggal hitungan bulan lagi. Sebab jika dilakukan tindakan atau cara lain, maka tidak akan menyelesaikan persoalan, malah yang ada akan menimbulkan persoalan baru mengingat peluang terjadinya konflik sangat kuat dikarenakan kegiatan nasional yaitu proses pemilu sudah dekat.
Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada pihak keamanan kalau sudah mengetahui pelakunya, maka bisa mengejar dan menangkapnya. Bupati mengakui, memang pelaku adalah segelintir orang yang tidak mengerti tujuan apa yang diperjuangkan itu, oleh karena itu, bupati berharap agar mereka (kelompok TPN/OPM) bisa kembali ke dalam pangkuan ibu pertiwi dan mengabdi sebagai warga negara biasa, karena pemerintah RI dan Pemkab Puncak Jaya akan siap memfasilitasi mereka.
Dengan demikian, tambah bupati, harus ada pertobatan yang bertujuan untuk kembali menjadi rakyat Indonesia serta tidak mengganggu rakyat lagi. Ditanya soal penyelesaian seperti apa yang diharapkan, bupati mengungkapkan, peristiwa tersebut diserahkan kepada pihak keamanan karena untuk menjaga stabilitas keutuhan NKRI ada di tangan mereka (TNI/Polri), tapi alangkah baiknya jika dilakukan tindakan persuasif mengingat proses pemilu sudah di depan mata.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar